Jangan Berbuat Jahat, Perbanyaklah Perbuatan Baik, Sucikan Hati Dan Pikiran, Ini Ajaran Buddha.

Selasa, 08 Maret 2011

T i r a t a n a

PENGERTIAN TIRATANA

Kata Tiratana terdiri dari kata Ti, yang artinya tiga dan Ratana, yang artinya permata / mustika; yang maknanya sangat berharga. Jadi, arti Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata (Tiga Mustika) yang nilainya tidak bisa diukur; karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha.
ISI TIRATANA
Sesuai dengan arti katanya, yaitu Tiga Mustika atau Tiga Permata, maka isi Tiratana memang terdiri dari 3 permata atau tiga ratana, yaitu: Buddha Ratana; Dhamma Ratana; dan Sangha Ratana.
Buddha Ratana:
• Sang Buddha adalah guru suci junjungan kita
• Yang telah memberikan ajarannya kepada umat manusia dan para dewa
• Untuk mencapai kebebasan mutlak (Nibbana)
Dhamma Ratana:
• Dhamma adalah kebenaran mutlak, dan juga merupakan ajaran Buddha
• Yang menunjukkan umat manusia dan para dewa ke jalan yang benar, yaitu yang terbebas dari kejahatan, dan
• Membimbing mereka mencapai kebebasan mutlak (Nibbana)
Sangha Ratana
• Sangha adalah persaudaraan Bhikkhu suci, yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian (Sotapana, Sakadagami, Anagami, Arahat)
• Sebagai pengawal dan pelindung Dhamma
• Mengajarkan Dhamma kepada orang lain untuk ikut melaksanakannya sehingga bisa mencapai kebebasan mutlak (Nibbana)
Secara sistematik, dapat disimak pada skema berikut ini:
1. SAMMASAMBUDDHA
BUDDHA 2. PACCEKA BUDDHA
3. SAVAKA BUDDHA

1. PARIYATI DHAMMA Tipitaka Vinaya pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka
DHAMMA 2. PATIPATTI DHAMMA Ariya Atthangika Magga Sila, Samadhi, Panna
3. PATIVEDHA DHAMMA Magga, Phala, Nibbana

SANGHA 1. SAMMUTI SANGHA
2. ARIYA SANGHA

PENJELASAN TIRATANA
BUDDHA
Arti Buddha (dalam Khuddaka Nikaya) adalah:
1. Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran
2. Ia yang telah mencapai Pengerangan Sempurna
3. Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi
4. Ia yang telah mencapai kesempurnaan melalui 'penembusan', sempurna penglihatannya, dan mencapai kesempurnaan tanpa bantuan siapapun.
Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/265, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sang Buddha, atau disebut Buddhaguna. Ada sembilan Buddhaguna, yaitu:
1. Araham= manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin
2. Sammasambuddho = manusia yang mencapai penerangan sempurna dengan usahanya sendiri
3. Vijjacaranasampanno = mempunyai pengetahuan sempurna dan tindakannya juga sempurna
4. Sugato = yang terbahagia
5. Lokavidu = mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam
6. Anuttaro purisadammasarathi = pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya
7. Satta devamanussanam = guru para dewa dan manusia
8. Buddho = yang sadar
9. Bhagava = yang patut dimuliakan (dijunjung)
Tingkat kebuddhaan adalah tingkat pencapaian penerangan sempurna. Menurut tingkat pencapaiannya, Buddha dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
Samma sambuddho
1. Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
2. Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh (Dhamma) kepada mahluk lain
3. Yang diajar tersebut bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya

Pacceka Buddha
1. Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan dengan usahanya sendiri, tanpa bantuan mahluk lain
2. Tidak mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain secara meluas
3. Yang diajar tersebut belum mampu mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.

Savaka Buddha
1. Orang yang mencapai tingkat kebuddhaan karena mendengarkan dan melaksanakan ajaran dari Sammasambuddha
2. Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain.
3. Yang diajar bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.

Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang tercantum di dalam Dhammapada 183 sebagai berikut:
Sabbapapassa akaranam = tidak melakukan segala bentuk kejahatan
Kusalasupasampada = senantiasa mengembangkan kebajikan
Sacittapariyodapanam = membersihkan batin atau pikiran
Etam buddhana sasanam = inilah ajaran para Buddha
Ajaran Sang Buddha memberikan bimbingan kepada kita untuk membebaskan batin dari kemelekatan kepada hal yang selalu berubah (anicca), yang menimbulkan ketidakpuasan (dukkha); karena semuanya itu tidak mempunyai inti yang kekal, tanpa kepemilikan (anatta). Usaha pembebasan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pengertian masing-masing individu.
Jadi, ajaran Buddha bukan merupakan paksaan untuk dilaksanakan. Sang Buddha hanya penunjuk jalan pembebasan, sedangkan untuk mencapai tujuan itu tergantung pada upaya masing-masing. Bagi mereka yang tidak ragu-ragu lagi dan dengan semangat yang teguh melaksanakan petunjuk-Nya itu, pasti akan lebih cepat sampai dibandingkan dengan mereka yang masih ragu-ragu dan kurang semangat.
Sang Buddha sebagai penunjuk jalan tidak menjanjikan sesuatu hadiah ataupun hukuman bagi para pengikutnya, sebab Beliau mengajarkan Dhamma atas dasar cinta kasih, tanpa pamrih apapun bagi dirinya. Beliau berpedoman kepada 3 dasar kebijaksanaan yang bebas dari pamrih, yaitu:
1. Beliau tidak girang atau gembira bilamana ada orang yang mau mengikuti ajarannya.
2. Beliau tidak akan kecewa atau menyesal bilamana tidak ada orang yang mau mengikuti ajarannya.
3. Beliau tidak merasa senang atau kecewa bilamana ada sebagian orang yang mau mengikuti ajaran-Nya, dan ada sebagian lagi yang tidak mau mengikuti ajaran-Nya.
Adalah bijaksana bila sebagai umat Buddha, setelah terlahir sebagai manusia janganlah tenggelam di dalam kepuasan sang 'aku'. Di dunia ini kita telah diberi warisan yang sangat berharga oleh para bijaksana. Sungguh bahagia bagi manusia yang bisa menerima ajaran Buddha yang telah dibabarkan di hadapan kita. Mengapa? Karena hadirnya seorang Buddha di alam kehidupan ini adalah sangat jarang. Di dalam Dhammapada 182 disebutkan demikian:
Kiccho manussapatilabho = sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia
Kiccho maccana jivitam = sungguh sulit kehidupan manusia
Kiccho saddhammasavanam = sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar
Kiccho Buddhanam uppado = sungguh sulit munculnya seorang Buddha
Jadi, manfaatkanlah kehidupan kita sebagai manusia sekarang ini untuk lebih giat lagi mempelajari Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Ajaran Sang Buddha yang telah dibabarkan kepada manusia dan bahkan juga kepada para dewa, adalah demi keuntungan manusia dan para dewa itu sendiri guna mencapai Kebebasan Mutlak (Nibbana).

DHAMMA
Dhamma berarti kebenaran, kesunyataan, atau bisa juga dikatakan sebagai ajaran sang Buddha. Istilah Dhamma ini mempunyai arti yang sangat luas, yaitu mencakup tidak hanya segala sesuatu yang bersyarat saja, tetapi juga mencakup yang tidak bersyarat / yang mutlak. Untuk lebih jelasnya, dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini.
Dhamma terbagi menjadi dua bagian, yaitu Paramattha Dhamma dan Pannatti Dhamma.
1. Paramattha Dhamma = kenyataan tertinggi, ada 4, yaitu citta (kesadaran), cetasika (faktor batin), rupa (materi), dan Nibbana
2. Pannatti Dhamma = sebutan, konsep, untuk dijadikan panggilan atau sebutan sesuai dengan keinginan manusia.
Paramattha Dhamma terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu Sankhata Dhamma dan Asankhata Dhamma.
1. Sankhata Dhamma, berarti keadaan yang bersyarat, yaitu:
o Tertampak dilahirkan / timbulnya (uppado pannayati)
o Tertampak padamnya (vayo pannayati)
o Selama masih ada, tertampak perubahan-perubahannya (thitassa annathattan pannayati)
2. Asankhata Dhamma, berarti sesuatu yang tidak bersyarat, yaitu:
o Tidak dilahirkan (na uppado pannayati)
o Tidak termusnah (na vayo pannayati)
o Ada dan tidak berubah (na thitassa annathattan pannayati)

Nibbana disebut Asankhata Dhamma.
Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/266, disebutkan tentang sifat Dhamma, atau Dhammaguna. Ada enam Dhammaguna, yaitu:
1. Svakkhato Bhagavata Dhammo Dhamma
Ajaran Sang Bhagava telah sempurna dibabarkan.
2. Sanditthiko
Berada sangat dekat (kesunyataan yang dapat dilihat dan dilaksanakan dengan kekuatan sendiri).
3. Akaliko
Tak ada jeda waktu atau tak lapuk oleh waktu
4. Ehipassiko
Mengundang untuk dibuktikan
5. Opanayiko
Menuntun ke dalam batin (dapat dipraktikkan)
6. Paccattam veditabbo vinnuhi
Dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing

KEVADDHA SUTTA (D.11)

Dibabarkan : Sang Buddha kepada upasaka Kevaddha ketika beliau berada di Pavarikambavana
Berkenaan : Permohonan upasaka Kevaddha itu adalah sebagai berikut: "Kota Nalanda sangat makmur dan berpengaruh, banyak penduduk yang menjadi pengikut Sang Bhagava. Baik sekali bilamana Sang Bhagava memberikan perintah kepada beberapa bhikkhu untuk mempertunjukan kekuatan batin yang melebihi kemampuan manusia biasa. Maka keyakinan kami kepada Sang Bhagava akan lebih bertambah" Sang Buddha menjawab: "Kevaddha, tetapi bukan dengan cara begitu saya mengajar para bhikkhu, agar mereka mempertunjukkan kekuatan batin bagi para umat awam." Sampai tiga kali Kevaddha memohon demikian, akhirnya Sang Buddha berkata: "Ada tiga macam keajaiban (patihariya), yaitu: 'keajaiban mengesankan (iddhi patihariya), keajaiban membaca-pikiran orang lain (adesana patihariya) dan keajaiban ajaran (anusasana patihari).
Intinya : Sang Buddha menjelaskan tentang keajaiban mengesankan (iddhi patihariya) adalah kemampuan untuk merubah diri dari seorang menjadi banyak; dari banyak orang menjadi seorang saja; menghilangkan diri atau sebaliknya: berjalan menembus dinding, benteng atau gunung tanpa ada hambatan; ia menyelam dalam tanah; berjalan di atas air bagaikan berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang di angkasa; menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya; dengan tubuhnya ia dapat mengunjungi alam dewa brahma, dst.." Keajaiban membaca pikiran (adesana patihariya) adalah kemampuan untuk mengetahui pikiran dan perasaan orang lain dengan mengatakan: "Orang itu berpikir begini atau begitu, ia berperasaan senang atau tidak senang, dan seterusnya..." Dua keajaiban ini akan membuat orang yang yakin akan bertambah yakin, namun orang yang tak yakin kepada Sang Bhagava akan mengatakan bahwa ada mantra Gandhara dan mantra Kintamanivijja untuk melakukan itu. "Kevaddha, karena saya melihat bahaya dari melakukan kekuatan batin ini, maka saya enggan dan malu untuk mempertontonkannya."
"Apakah keajaiban ajaran (anusasana patihariya) itu? Apabila seseorang mengajarkan agar berpikir ini, jangan berpikir begitu. Pertimbangkanlah hal ini, dan jangan begitu. Latihlah dan kembangkankah dirimu, lenyapkanlah kekotoran batin dan seterusnya. Selanjutnya, bilamana di dunia ini muncul seorang Tathagata yang mengajarkan dhamma kebenaran yang dimulai dengan melakukan Cula Sila, Majjima Sila, Mahasila, melaksanakan meditasi hingga mencapai Jhana I sampai dengan Jhana IV, mengembangkan kebijaksanaan hingga melenyapkan semua kekotoran batin, menjadi arahat... (uraian rinci seperti yang diuraikan dalam Brahmajala Sutta dan Sammannaphala Sutta).
Sumber:
Materi Pokok Kitab Suci Sutta Pitaka I, Modul 1-6. Oleh: Cornelis Wowor, M.A.
http://www.sacred-texts.combuddobdob-11tx.htm